Pengelolaan Pertanian di Lahan Rawa

Pengelolaan Pertanian di Lahan Rawa

Perlu menjadi perhatian bahwa kesempatan bertani di lahan rawa adalah bukan
hanya pada tanaman pangan namun juga pada perikanan dan peternakan. Hasil
pertanian adalah pokok, karena sangat dibutuhkan, sementara produk yang banyak
menghasilkan uang dan memungkinkan adalah usaha peternakan (merupakan kerja
sambilan) petani, di samping mengusahakan tanamannya. Jenis ternak utama
adalah: unggas, kambing, sapi, dan kerbau.

Farming memberikan pengertian upaya untuk memperoleh hasil dengan
memanfaatkan secara optimal unsur biotik (tumbuhan/tanaman, hewan baik ikan
maupun ternak), dipadukan dengan unsur abiotik (lingkungan yakni iklim, tanah dan
ketersediaan air) dan dikelola dengan sistem pengelolaan yang memadai (optimal dan
konservasi, sehingga mampu berkelanjutan). Farming mampu menghasilkan bahan
makanan, bahan industri, dan bahan keperluan lainnya yang memberikan peluang
untuk melakukan kegiatan lanjutan, dan menjadi kegiatan yang disebut industri
rumah tangga. Contoh industri rumah tangga misalnya pembuatan tempe, tahu,
produk produk dari jagung, ubi kayu, dll.

Telah dibuktikan bahwa bahwa farming (farmer=petani) adalah kegiatan
mengusahakan tanaman, ternak, dan bahkan ikan secara bersamaan pada lahan yang
dikuasainya dan merupakan kegiatan yang saling memanfaatkan satu sama lainnya.
Secara bersama kegiatan ini memberikan hasil yang beraneka, dengan waktu yang
berurutan dan total hasil yang mampu mencukupi kebutuhan.
Iklim merupakan faktor alam yang tidak dapat dikuasai, sehingga iklim (curah
hujan, sinar matahari, suhu, dsb.) perlu dicermati dan dimanfaatkan sebaik-
baiknya. Sementara itu tanah (fisik, kimia, dan biotik) dapat dimodifikasi
meskipun terbatas dan dapat disesuaikan dengan keperluan tanaman dan kegiatan
lainnya.

Ketersediaan air dipengaruhi curah hujan, elevasi, dan topografi lahan secara fisik
dan kimia juga dapat dikendalikan disesuaikan dengan kepentingan penggunaan di
dalam kegiatan farming bahkan keperluan rumah tangga. Karena suhu, sinar
matahari, dan curah hujan di kawasan Kalimantan Selatan berada pada kondisi relatif
sama, maka farming lebih ditentukan oleh ketersediaan air (termasuk mutu air) dan
mutu lahan (tanah). Mutu air adalah air cenderung masam (ke arah pedalaman), atau
cenderung salin (dekat pantai), sementara mutu tanah dengan lapisan atas berbahan
gambut tipis sampai tebal dan bahan lempung masam pada lapisan bawahnya.

Mutu lahan yang ada merupakan perpaduan antara kondisi air dan kondisi tanah,
menjadikan beberapa bagian dari kawasan Kalimantan Selatan berbeda kharakternya.
Merespon kharakter lahan ini, menjadikan sistem dan pola farming di setiap kondisi
yang berbeda tersebut seharusnya juga berbeda.
Lahan rawa setelah direklamasi tenyata tidak semuanya selalu tergenang air,
sehingga pengelolaan lahan dan tata air akan tergantung kondisi agrofisik lahan
tersebut. Sehingga sistem surjan tidak diberlakukan pada semua lahan pasang
surut. Misalnya lahan tipe A, yang selalu terluapi air pasang, baik pasang besar
maupun kecil dapat disawahkan dengan menanam padi setahun dua kali.
Sedangkan tipe B, yang hanya terluapi oleh pasang besar, dengan pola padipalawija
tanpa surjan atau bila dengan surjan dengan pola padi-padi dengan
palawija pada guludannya. Sedangkan tipe D, yang tidak terluapi air dan
permukaan air tanahnya > 50 cm dapat ditanami palawija/hortikultura ataupun
tanaman keras/perkebunan.
Pemanfaatan lahan rawa untuk pertanian mulai dikembangkan oleh suku Bugis dan
Banjar sejak dekade pertama tahun 1930 dengan jalan menggali handil (parit).
Kemudian pemerintah membangun tata air sistem anjir dan polder dan selama PJP I
dibangun Tata Air Makro dengan sistem sirip, sistem garpu, dan kolam pasang dengan
arus air dua arah. Sejak tahun 1983 dibangun Tata Air Mikro (TAM) ditingkat usaha
tani. Untuk kasus pengembangan lahan gambut sejuta hektar di Kalimantan digunakan
Tata Air Makro di tingkat usaha tani dan Tata Air Makro dengan arus searah, yang
berbeda dengan sistem arus dua arah yang selama ini biasa digunakan.
Sejak disuluhkannya varietas unggul yang berumur lebih genjah (<> 30 cm.
Selain usahatani berbasis tanaman, di lahan rawa dapat juga diusahakan labi-labi,
ikan, udang dan dikombinasikan dengan ternak.
Pengelolaan Tata Air Pertanian di Lahan Rawa
4,69 ton/ha (Sarwani et al., 1994).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda dapat memberikan komentar dan saran terhadap tulisan di blog ini untuk pembealajaran dan perbaikan dalam penulisan selanjutnya.

Translate:

Powered By google

Kontributor

   
Add to Technorati Favorites